Wednesday 19 March 2014

Let It Go

"Let It Go" is probably the most popular movie soundtrack recently, but in this post, I'm not going to discuss about the song or the movie. I will write about the word "Let It Go" literally because that's the word that has crossed my mind this early morning,

"Letting go is one of the greatest lessons in my life". When I woke up this morning, I woke up with some kind of regrets. Regrets of why I have not done things that should have been done long time ago. Regrets of being beaten and lost in "a competition" and not doing anything about it. I do not know why those kinds of feeling come up to the surface now, but I feel really bad about it, like having a burden in my heart.

What makes regretting worse is that you can not do anything to fix your mistakes, because they already happened in the past. I realize it too and it makes me angry, sad, and disappointed with myself. Then I remember the wise words quote "everything happens for a reason". So I am wondering, what kind of reason can explain those unfortunate events? What is it that God wants to show me through things happened to me? Because I believe that God has a reason for letting those things happened. I trully believe that, if not, what else should I believe?

However, letting go is not that easy. I keep reminding myself to be grateful for what I've had. I know I will still think about it for 2-3 days ahead, but I am sure that next week I will be okay and I will have forgotten about it. Just like another wise man says, "Life is too precious to regret things that will never come back". So, I will definitely learn from those experiences, although it will hurt me a little even to remember it, and use those lessons as my strength to face my future. The past can not be changed, but we can learn from it to shape our better future.So, I think it's time for me to move on and learn to forgive and forget.

Sebuah Ungkapan Syukur

Tak ada kata lain yang harus saya tulis selain syukur. Ya, saat ini saya sedang merenung dan menyadari betapa saya harus bersyukur atas kehidupan ini. Betapa tidak? Saya diberkahi Tuhan kesehatan badan dan jiwa, dukungan keluarga dan sahabat yang luar biasa, bakat dan talenta, serta kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Puji syukur, selama ini saya belum pernah merasa hidup berkekurangan. Meskipun ada saat-saat dimana kedua orang tua saya mengeluh dan sempat harus meminjam sana-sini, namun saya tetap bersyukur karena Tuhan selalu mencukupkan segalanya.

Orang bilang kita harus melihat ke bawah, bukan ke atas. Saya kira itu ada benarnya. Jika kita selalu melihat ke atas, kita tidak akan pernah merasa puas dan selalu menginginkan yang lebih. Tetapi bila kita melihat ke bawah, kita akan belajar bersyukur. Seperti yang saya renungkan saat ini. Ketika saya melihat teman atau saudara yang memiliki nasib kurang beruntung, saya belajar bersyukur bahwa saya diberi kesempatan yang lebih baik dari mereka. Saya juga belajar untuk berempati dan mendoakan mereka, karena saya percaya roda kehidupan berputar, dan ketidakberuntungan itu dapat terjadi pada siapa saja, termasuk saya. Oleh karenanya, setiap kali saya mengalami kesulitan, yang kadang membuat saya mengeluh dan merasa tidak adil, saya teringat mereka yang lebih susah dan menderita dibandingkan saya. Dengan demikian, saya lagi-lagi belajar menerima keadaan namun tetap berusaha yang terbaik sembari berdoa mohon kekuatan pada Tuhan, tentunya dengan penuh rasa syukur.

Saya percaya kesulitan itu ada, sebagai bentuk ujian, dan bentuk pengharapan kita pada Sang Pencipta. Maka, dalam keadaan apapun saya belajar bersyukur, termasuk saat mendapatkan kesulitan. Karena itulah tanda kita masih hidup, masih sehat dan kuat, dan masih mampu berusaha untuk menyelesaikan tantangan kehidupan itu.

Tuesday 18 March 2014

Mengalah Bukan Berarti Kalah

"Jadi kakak itu harus mengalah". Sudah berulang kali saya mendengar kalimat itu dari kedua orang tua saya setiap kali saya beradu mulut dengan adik. Saya dan adik yang terpaut jarak 4 tahun, memang cukup sering berselisih paham. Apalagi kami berdua sama-sama perempuan yang memiliki sifat keras kepala dan tidak mau mengalah. Kalau pertengkaran kami mulai sengit, pasti saya sebagai kakak yang disuruh mengalah dan tak jarang diomeli karena tidak bisa bersikap dewasa. Saya sendiri seringkali protes karena merasa diri saya tidak salah. Namun, karena volume suara kami berdua sudah mencapai oktaf tertinggi, biasanya orang tua kami yang akan memotong argumen kami dan memarahi kami berdua tanpa peduli siapa yang salah.

Akhirnya saya sadar bahwa mengalah bukan berarti saya kalah. Dengan usia yang semakin dewasa dan matang, saya sadar bertengkar itu tidak ada gunanya. Faktanya, itu hanya membuat kedua orang tua saya ikut marah dan sedih. Saya sendiri juga sudah capai bertengkar dan ingin mendapatkan suasana damai. Alhasil, akhir-akhir ini jika adik saya mulai mengeluarkan nada tinggi, saya hanya menjawab sekenanya dan memilih masuk ke kamar untuk menghindari pertengkaran. Seringkali saya hanya diam dan tersenyum balik. Nampaknya usaha itu berhasil, karena belakangan ini hubungan saya dan adik makin romantis hehehehe....

Semoga saja, perlahan tapi pasti, kami berdua bisa menjadi kakak beradik yang kompak dan saling mendukung. Bagaimanapun juga adik saya adalah satu-satunya saudara yang saya miliki. Saya juga berharap agar apapun yang terjadi di antara kami saat dewasa nanti, kami tetap akan menjalin hubungan baik, dan selalu ada di sisi satu sama lain kapanpun dibutuhkan.

Sunday 16 March 2014

Regret Nothing, Thankful for Everything

"Tidak ada hidup yang sia-sia". Kira-kira itulah penggalan pesan yang dapat saya ambil dari buku yang baru saya baca pagi ini. Judulnya "Five People You Meet in Heaven" karangan Mitch Albom. Saya memang suka membaca buku-buku bertemakan inspirasi, baik fiksi maupun non fiksi. Selain Mitch Albom, pengarang favorit saya yang lain ialah Paulo Coelho.

Meski menceritakan mengenai kisah perjalanan seseorang yang telah meninggal, namun buku tersebut banyak mengajarkan saya tentang arti kehidupan. Kita seringkali hanya melihat kehidupan dari satu sisi saja. Tak jarang kita merasa kecewa, sedih, dan tidak puas dengan hidup yang kita jalani, tanpa menyadari betapa hidup kita ini sangat berharga. Setiap hal yang terjadi dalam hidup kita memiliki tujuan tertentu yang telah digariskan oleh Yang Maha Pencipta. Setiap tindakan yang kita ambil membawa dampak bagi kehidupan kita dan orang lain. Mungkin dampak itu negatif, mungkin juga positif. Terkadang kita terlalu lama menyesali dampak negatif dari perbuatan kita, hingga kita lupa bahwa kita memiliki kesempatan lain untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya. Saya sendiripun pernah mengalaminya.

Percayalah bahwa kita hidup di dunia ini bukan suatu kebetulan. Kehadiran kita di dunia ini indah, sesuai rencana Sang Pencipta. Setujukan Anda dengan pendapat saya? :)




Tuesday 11 March 2014

Artis di Panggung Politik

Fenomena artis di panggung politik telah menjamur sejak beberapa tahun yang lalu. Awalnya yang berani mencalonkan diri hanyalah artis-artis tertentu yang memang memiliki ketertarikan dan pendidikan dasar di bidang politik. Beberapa di antaranya ialah Wanda Hamidah dan Deddy "Miing" Gumelar. Namun kini para artis dengan berbagai latar belakang mulai dari Jupe, Rhoma Irama, hingga Angel Lelga ikut meramaikan panggung politik Indonesia.

Meski tak sedikit pihak yang tak setuju dan mengkritik fenomena ini, namun realitanya, tak sedikit pula artis yang berhasil meraih simpati masyarakat dan merajut karir politiknya. Agaknya ini juga yang menyebabkan semakin banyaknya tawaran dari partai-partai politik untuk menggandeng para artis. Menurut saya, kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan para artis dalam hal ini. Sebab undang-undang di negara kita memperbolehkan berbagai profesi tanpa latar belakang dan kemampuan politik mumpuni, untuk menduduki jabatan politik di Indonesia. Asalkan lulus SMA dan punya popularitas, mulai dari tukang becak hingga artis dapat mencalonkan diri menjadi tokoh politik.

Meski demikian, tentu kita tahu bahwa politik lebih dari sekedar popularitas dan berbeda dengan dunia hiburan yang digeluti para artis. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat Indonesia-lah yang bertanggung jawab agar dapat memilih pemimpin atau wakil rakyat yang tepat. Kitalah yang seharusnya memiliki pengetahuan akan politik sehingga dapat bersikap cerdas dan berhati-hati dalam memilih. Namun kita juga tidak boleh mendiskreditkan profesi artis. Banyaknya pilihan yang ada membuat kita harus semakin jeli dalam membuat pilihan, terutama karena keputusan ini akan berpengaruh bagi masa depan bangsa kita dan mengubah hidup banyak orang.

Chocolate Talk

I am writing this article while eating a piece of a chocolate bar that my friend gave me on Valentine. I don't need to write its brand but I'm telling you it tastes sooo good and I'm feeling it melting on my tongue right now. Such a guilty pleasure, isn't it?
Most girls would object to eating chocolate because they are afraid of getting fat and having pimples and acnes. So why do I look like having so much pleasure eating one piece (oh I'm having 2 right now) of chocolate? Here are the reasons...

Yesterday I read an article about chocolates, it has a fancy title "Choctalk". It was written in the article that actually eating chocolates was not so dreadful for girls as the myths have said. Chocolate can be used as medication too. It stimulates the brain of releasing endorphins, a kind of hormone which produces good and relaxing feelings based on the aroma, textures, and taste of chocolates. Researchers suggest that chocolate also contains higher antioxidants than a cup of green tea and an apple. It is also a significant source of calcium, magnesium, iron, and riboflavin.

Believe it or not, the article mentioned that chocolate can be included in a healthy diet. Well, of course it's as long as you are having plenty of fruits and vegetables, and exercise regularly. The tip is that you should limit 25 grams chocolate a day and choose the kind of chocolate which has the highest cocoa content and least sugar, such as dark chocolate. So, that article took responsibility of making any chocolate looks seductive to me. I don't even have to worry about my diet.

Anyway, if chocolates make people feel good and relax because of endorphins, then why am I feeling bad and guilty right now? OH NO! Is it because I have eaten up all of my chocolate?!