Sunday 24 June 2012

Computer Mediated Communication

Perkembangan teknologi yang semakin pesat memunculkan perubahan di bidang komunikasi. Perubahan tersebut memunculkan istilah baru dalam model komunikasi, yaitu computer-mediated communication (CMC). Komunikasi yang menggunakan media komputer ini tidak selalu membawa kemudahan dalam proses komunikasi, melainkan juga dapat menjadi hambatan dalam komunikasi. Maka dari itu, diperlukan pemahaman akan hal-hal teknis dalam komputer yang menjadi media komunikasi tersebut. Pemahaman yang diperlukan tidak perlu mencakup hal-hal teknis yang detail, melainkan cukup untuk hal-hal yang mendasar saja, seperti mengenal sistem dan aplikasi software, sistem operasi komputer (OS), aplikasi dalam komputer, dan jaringan komputer yang digunakan, terutama jaringan internet yang telah digunakan secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat di dunia, misalnya saja untuk mengirim email.
            CMC dapat dibedakan berdasarkan dua model komunikasi, yaitu komunikasi simultan dan komunikasi non simultan. Komunikasi simultan terjadi ketika proses komunikasi antara komunikator dan komunikan terjadi pada saat yang sama, misalnya melalui online chat room. Sedangkan proses komunikasi antara komunikator dan komunikan yang tidak terjadi pada saat yang sama disebut komunikasi non simultan, contohnya email. Kedua model ini sama-sama dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, tergantung situasi dan kondisi yang diperlukan. Kedua model ini mau tidak mau memunculkan cyber communities yang di dalamnya terdapat budaya, norma dan nilai dunia online.
            Dalam proses komunikasi umumnya, gatekeeper memegang peranan penting untuk menyeleksi pesan sebelum diterima oleh komunikan. Para praktisi PR juga sangat menyadari hal ini. Maka, sebelum menyampaikan pesan kepada publiknya, PR harus membuat agar pesan tersebut juga dapat direspon dengan baik oleh gatekeeper, karena gatekeeper-lah yang menentukan apakah pesan akan disampaikan apa adanya, adakah bagian yang harus dirubah, atau bahkan layak atau tidak pesan tersebut untuk disampaikan ke publik PR.
            CMC seperti halnya model komunikasi lainnya, juga memerlukan gatekeeper. Namun bedanya, gatekeeper dalam CMC terdiri dari dua pihak, yaitu komputer dan manusia. Gatekeeper manusia ialah dari diri pengirim dan penerima pesan itu sendiri, lalu gatekeeper yang kedua ialah komputer. Pesan yang dikirim melalui jaringan serangkaian komputer mengalami proses transmisi, encoding dan decoding sebelum sampai kepada penerima pesan. Oleh karena itu, pengirim pesan harus memastikan bahwa pesan yang dikirim tersebut dapat “dibaca” oleh software komputernya sehingga dapat sampai dengan tepat ke komunikan yang dituju.
            Kita dapat lebih memahami model CMC melalui perspektif Strukturasi yang menggambarkan interaksi manusia (melalui teknologi) dalam stuktur sosial. Dalam CMC, pihak-pihak yang berkomunikasi menggunakan aturan (email hanya untuk mengirim teks) dan sumber daya (akses ke jaringan komputer), sama halnya mereka juga mempertimbangkan aturan sosial (etika mengirim email, “netiquette”)  dan sumber daya sosial (update software komputer terbaru). Struktur dalam CMC merupakan medium dan hasil dari komunikasi itu sendiri dimana CMC membentuk dan dibentuk oleh sifat teknologinya.
CMC telah mempengaruhi dunia praktisi public relations (PR). PR harus dapat memanfaatkan CMC sebagai sebuah keuntungan, terutama untuk berhubungan dengan publiknya. CMC menciptakan publik PR yang baru yang disebut New Publics. Kini, para pengguna internet turut menjadi target publik bagi praktisi PR. Karena itulah, praktisi PR harus cerdas dalam memanfaatkan teknologi komunikasi yang ada agar dapat menjangkau New Publics, seperti melalui informasi dalam website perusahaan. Apalagi, teknologi komunikasi yang ada memungkinkan praktisi PR untuk mengirim pesan yang spesifik kepada publik tertentu secara personal. Namun, agar teknologi yang ada dalam perusahaan dapat mendukung proses komunikasi dalam CMC, maka karyawan dalm perusahaan tersebut tentunya harus mampu beradaptasi dengan teknologi tersebut sehingga mampu memanfaatkannya secara tepat, sesuai konsep adaptive structuration.