Wednesday 18 January 2012

Sebuah Renungan Keyakinan

Akhir-akhir ini banyak sekali konflik di Indonesia yang disebabkan oleh konflik antar agama, yang membuat saya prihatin. Apalagi, seperti yang kita tahu Indonesia merupakan negara pluralis yang terdiri dari bermacam-macam ras, agama, suku bangsa serta etnis dan kebudayaan. Nampaknya, perbedaan tersebut membuat negara kita semakin kaya, namun juga semakin rawan dengan pertikaian. Suatu saat di gereja, saya mendengar sebuah khotbah mengenai hal di atas, yang akan saya bagi dalam blog saya berikut ini. Semoga dapat memberi pencerahan mengenai siapapun yang membacanya.
Alkisah, 2 orang petani kelapa sawit yang berbeda agama sedang mengobrol. Dalam obrolan tersebut, tampak mereka sedang memperdebatkan agama mereka masing-masing dan menganggap agama merekalah yang paling benar. Di tengah diskusi yang ‘panas’ tersebut, mereka memutuskan untuk bertanya pada salah seorang petani kelapa lain yang lebih tua dan senior. “Menurutmu, agama mana yang paling baik, agamaku atau agamanya?”, tanya salah seorang dari mereka kepada petani senior tersebut. Petani tua itu terdiam sejenak, kemudian menjawab pertanyaan mereka dengan sebuah ilustrasi. Begini katanya, “untuk pergi ke tempat penampungan kelapa sawit kamu dapat menempuhnya dengan tiga cara. Pertama, kamu bisa berjalan melewati bukit yang agak jauh, namun jalannya mulus. Kamu juga bisa melewati jalan setapak, jaraknya cukup dekat, namun kamu harus melewati hutan yang lebat dan gelap. Atau, kamu juga dapat melewati jalan di ujung jalan raya sana, jaraknya juga tidak terlalu jauh, namun jalannya berkelok-kelok dan berkerikil tajam. Tetapi, sesampainya kamu di tempat penampungan kelapa sawit, majikan kita, pemilik penampungan tersebut tidak akan menanyakan jalan mana yang kamu lalui saat kamu menuju kesana. Ia tidak peduli, yang ia pedulikan ialah seberapa baik biji kelapa sawit yang kamu bawa saat itu.”
Nah, dari cerita di atas, saatnya kita merenungkan maknanya. Kita bisa memiliki berbagai macam keyakinan atau agama yang berbeda-beda. Namun, Tuhan Allah yang menciptakan kita hanya satu. Mungkin cara kita menuju kebenaran surga itu bisa berbeda-beda sesuai keyakinan kita masing-masing. Tetapi pada akhirnya, bukan agama atau kepercayaan yang kita anut yang terpenting, tetapi perbuatan baik yang telah kita lakukan selama kita hidup di dunia ini.  Itulah yang terpenting dan harus kita pertanggungjawabkan saat nanti kita bertemu denganNya. Jadi, stop konflik agama, dan mari kita ciptakan perdamaian bagi seluruh umat manusia!! XD

No comments:

Post a Comment